بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Kamis, 25 Juli 2013

Puasa dan Esensi Takwa



Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apapun kecuali rasa lapar dan haus belaka (HR Muslim).
Takwa, sebagaimana kita ketahui, adalah ‘harapan’ yang Allah SWT kehendaki dari seorang Mukmin setelah menunaikan shaum atau puasa selama Ramadhan. Karena itu, boleh dikatakan takwa sejatinya adalah ‘buah’ dari shaum atau puasa yang dilakukan seorang Mukmin. Persoalannya, sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad saw., “Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apapun kecuali rasa lapar dan haus belaka.” (HR Muslim). Mengapa demikian? Itulah sejatinya pertanyaan yang harus selalu menjadi bahan renungan bagi setiap Mukmin. Di sini pula setiap Mukmin sejatinya memahami kembali esensi ketakwaan, dengan harapan bisa benar-benar menjadi orang yang bertakwa.
Apa itu takwa atau siapa sesungguhnya orang bertakwa itu? Saat menafsirkan al-Quran surat al-Baqarah ayat 1-5, Imam Ali ash-Shabuni menyatakan. “Orang-orang bertakwa adalah orang-orang yang takut terhadap murka Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.”
Beliau pun mengutip pernyataan Ibnu ‘Abbas ra. yang menyatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut dengan perbuatan syirik (menyekutukan Allah SWT) sembari menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.”
Adapun menurut Imam Hasan al-Bashri, “Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap apa saja yang telah Allah SWT larang atas diri mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah SWT wajibkan atas diri mereka.”  (Lihat: Ali ash-Shabuni, Shafwah at-Tafasir, I/26).
Pengertian takwa inilah yang sering dikutip oleh para ulama dalam sejumlah kitab mereka. Dengan demikian, jika memang takwa adalah buah dari shaum Ramadhan yang dilakukan oleh setiap Mukmin, idealnya usai Ramadhan, setiap Mukmin senantiasa takut terhadap murka Allah SWT dengan cara selalu berupaya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, selalu berupaya menjauhi kesyirikan, senantiasa menjalankan ketaatan, memiliki rasa takut untuk melakukan perkara-perkara yang haram dan senantiasa berupaya menjalankan semua kewajiban yang telah Allah SWT bebankan kepada dirinya.
Menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya tentu bermakna melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya baik terkait ‘aqidah dan ubudiah; makanan, minuman, pakaian dan akhlak; muamalah (ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya, dll); maupun ‘uqubat (sanksi hukum) seperti hudud, jinayat, ta’zir maupun mukhalafat. Bukan takwa namanya jika seseorang biasa melakukan shalat, melaksanakan shaum Ramadhan atau bahkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah; sementara ia biasa memakan riba, melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat dan enggan terikat dengan syariah Islam di luar yang terkait dengan ibadah ritual.
Selalu berupaya menjauhi kesyirikan maknanya adalah tidak menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya baik dalam konteks ‘aqidah maupun ibadah; termasuk tidak meyakini sekaligus menjalankan hukum apapun  selain hukum-Nya, karena hal itu pun bisa dianggap sebagai bentuk kesyirikan. Allah SWT berfirman (yang artinya): Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah (TQS at-Taubah [9]: 31).
Terkait ayat ini, ada sebuah peristiwa menarik. Diriwayatkan, bahwa saat Baginda Rasulullah saw. membaca ayat ini, kebetulan datanglah Adi bin Hatim kepada beliau dengan maksud hendak masuk Islam. Saat Adi bin Hatim—yang ketika itu masih beragama Nasrani—mendengar ayat tersebut, ia kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, kami (orang-orang Nasrani, pen.) tidak pernah menyembah para pendeta kami.” Akan tetapi, Baginda Nabi saw. membantah pernyataan Adi bin Hatim sembari bertanya dengan pertanyaan retoris, “Bukankah  para pendeta kalian biasa menghalalkan apa yang telah Allah hatramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan, lalu kalian pun menaatinya?” Jawab Adi bin Hatim, “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau tegas menyatakan, “Itulah bentuk penyembahan kalian terhadap para pendeta kalian.” (Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, X/210; al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, IV/39)
Saat ini, posisi para pendeta dan para rahib itu telah digantikan oleh para penguasa maupun wakil rakyat dalam sistem demokrasi. Pasalnya, merekalah saat ini yang biasa membuat hukum yang banyak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah haramkan. Tentu saja, sebagai wujud dari ketakwaan kita, kita dilarang menaati apapun produk hukum buatan mereka yang nyata-nyata  bertentangan dengan hukum-hukum Allah SWT.
Di sinilah pentingnya kita senantiasa hanya menaati Allah SWT dan Rasul-Nya dengan hanya menjalankan dan menaati syariah-Nya, seraya membuang hukum-hukum selain hukum-hukum-Nya. Itulah esensi ketakwaan kita, yang sejatinya kita petik sebagai buah dari shaum kita selama Ramadhan.
Wa ma tawfiqi illa billah

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/07/25/puasa-dan-esensi-takwa/
 

Selasa, 23 Juli 2013

Shalat Malam: Tradisi Shalafush-Shalih

 

Jika aku banyak tidur pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari, berarti aku menelantarkan rakyatku (Khalifah Umar bin al-Khaththab ra.).
Pada bulan Ramadhan shalat malam (shalat tarawih) adalah salah satu ibadah yang menonjol dilakukan oleh kaum Muslim di samping shaum, membaca al-Quran, berzikir dsb. Sejatinya, di luar Ramadhan, shalat malam (shalat tahajud) juga biasa dilakukan oleh setiap Muslim, apalagi aktivis dakwah. Betapa pentingnya shalat malam bagi seorang Muslim, Allah secara langsung memerintahkannya dalam al-Quran (TQS al-Isra’ [17]: 79). Betapa pentingnya shalat malam itu bagi para aktivis dakwah, Allah pun secara langsung memerintahkannya dalam al-Quran (TQS al-Muzammil [73]: 1-4).
Mengapa ada perintah seperti ini? Allah menjawabnya secara langsung:

Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (TQS al-Muzammil [73]: 5).

Artinya, Allah akan memberikan amanah yang sulit, beban yang berat serta perintah-perintah yang membutuhkan tekad kuat dan semangat tinggi. Itulah amanah yang ditolak langit dan bumi karena keduanya tidak mampu mengembannya. Lalu amanah itu dibebankan pada pundak manusia. Amanah itu adalah dakwah, amar makruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah.
Dalam pandangan Dr. Najih Ibrahim, shalat malam adalah “madrasah” paling agung, tempat seorang Muslim men-tarbiyah dirinya, berkenalan dengan Tuhannya serta memahami seluruh makna nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Shalat malam adalah “madrasah” untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri serta bertobat kepada Allah Swt.
Menurut beliau, ketundukan kita pada malam hari adalah kunci kebesaran kita pada siang hari; sujud kita pada malam hari adalah jalan kemuliaan kita pada siang hari; kekhusyukan kita pada malam hari adalah senjata kemenangan kita atas musuh serta rahasia kesuksesan kita di jalan dakwah, amar makruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah.
Sulaiman al-Halbi mengerjakan shalat malam sebulan penuh di Masjid al-Azhar sebelum membunuh Cliber. Ketika mengerjakan shalat, ia berdoa kepada Allah dengan khusyuk, agar Dia memberinya kemudahan dalam membunuh musuh Allah itu. Ketika itu Sulaiman al-Halbi hanya memiliki satu pisau, tidak lebih. Allah Swt. memberinya kemudahan. Ia berhasil membunuh Cliber, Komandan Perang Prancis terkenal, yang kedudukannya sedikit di bawah Napoleon.
Shalahuddin al-Ayyubi, karena pemahamannya yang mendalam tentang Islam, menyadari bahwa shalat malam adalah salah satu kunci kemenangan kaum Muslim atas musuh. Karena itu, jika beliau berjalan melewati kemah anak buahnya pada malam hari dan tidak menjumpai seorang pun yang mengerjakan shalat malam, beliau segera membangunkan mereka dan memarahi mereka seraya berkata, “Saya khawatir, kita diserang musuh malam ini, dari kemah ini.”
Demikianlah Shalahuddin al-Ayyubi. Beliau menganggap tidak adanya shalat malam sebagai celah yang lebih berbahaya daripada celah pada benteng hingga  musuh bisa menyerang dari celah tersebut.
Sejak permulaan jihad hingga berjumpa dengan Allah Swt., Khalid bin Walid dan kawan-kawannya mengerjakan shalat malam berjam-jam dan membaca banyak ayat al-Quran di dalamnya. Ia menangis sehingga membuat yang lain juga menangis. Siapa pun yang pernah berinteraksi dengan mereka saat itu berkomentar, “Khalid dan rekan-rekannya seperti para malaikat dalam wujud manusia.” Barangkali inilah, di samping sebab-sebab lain, salah satu kunci sukses jihad Khalid bin Walid.
Ada seorang ulama aktivis Islam yang tidak pernah meninggalkan shalat malam barang satu malam pun. Setiap malam ia mengerjakan shalat malam sebanyak sebelas rakaat dan meng-khatam-kan al-Quran. Ia meningkatkan frekuensi ibadahnya ini selama bulan Ramadhan. Padahal ia telah lanjut usia serta menderita diabetes dan beberapa penyakit lain. Namun, kaum muda tampak kelelahan jika shalat di belakangnya. Bahkan ada di antara mereka yang tidak mau lagi shalat di belakangnya. Itulah yang terjadi.
Seorang generasi salaf berkata, “Aku senang jika malam datang. Hidupku terasa nikmat karenanya dan mataku terhibur dengannya, karena aku dapat bermunajat kepada Zat yang aku sangat suka mengabdi dan tunduk di hadapan-Nya.”
Setiap aktivis Islam harus menyadari bahwa kekhusyukan dan ketundukannya kepada Allah pada malam hari akan  membuka pintu kesuksesannya di jalan dakwah. Shalat malam akan memberi kita spirit baru untuk beramal demi Islam dan bekal agung, yaitu tawakal kepada-Nya; juga memberi kita keberanian melawan musuh-musuh Islam. Shalat malam akan membuat hati kita kuat dan iman kita subur.
Sebagian orang mungkin berkata, “Saya sibuk menangani banyak agenda dakwah dan tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan shalat malam.”
Untuk mereka, Dr. Najih Ibrahim memberikan nasihat, “Shalat malam adalah salah satu amal demi Islam. Ia adalah salah satu sarana efektif dalam mewujudkan kesuksesan gerakan dakwah dan tegaknya Daulah Islam.”
Jika seluruh kader dakwah mengerjakan shalat malam secara rutin dalam seluruh keadaan—saat senang maupun susah; saat lapang maupun sibuk—insya Allah gerakan dakwah akan meraih sukses besar.
Setiap aktivis Islam hendaknya selalu mengingat perkataan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra., “Jika aku banyak tidur pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari, berarti aku menelantarkan rakyatku.”
Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. memang dikenal rajin mengerjakan shalat malam. Padahal sebagai pemimpin negara, kseibukannya sangat luar biasa. Begitu besarnya perhatian beliau terhadap shalat malam, banyak Sahabat ingin menirunya. Bahkan, setelah beliau meninggal, ada salah seorang Sahabat yang menikahi salah satu mantan istri beliau hanya sekadar ingin tahu sejauh mana shalat malamnya Umar bin al-Khaththab ra. agar ia bisa menirunya.
Penerusnya, Khalifah Utsman bin Affan ra., biasa meng-khatam-kan al-Quran dalam tempo satu malam. Itu beliau lakukan dalam shalat malamnya! Ini betul-betul terjadi sebagaimana disebutkan dalam banyak hadis sahih.
Rasulullah saw. sendiri, yang super sibuk mengurusi umat beliau, berdakwah dan berjihad melawan musuh-musuh Islam sepanjang hidup Beliau serta mendidik para Sahabat dan umat Islam, tetap mengerjakan shalat malam sebelas  rakaat setiap malam. Wajarlah jika beliau, para Sahabat dan generasi salaf ash-shalih setelah mereka meraih kedudukan terpuji di dunia, juga tentu di akhirat kelak. Itu memang sudah menjadi janji Allah kepada mereka yang rajin menunaikan shalat malam (QS al-Isra’ [17]: 79).
Wamâ tawfîqi illâ billâh

Minggu, 21 Juli 2013

 
Allah telah menetapkan satu jalan untuk sampai pada pemerintahan dan penerapan Islam. Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia Memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’âm [6] : 153).

Ketika Rasulullah saw ditawari kekuasaan dengan jalan yang tidak sesuai syariah, maka beliau bersabda: “Demi Allah, wahai paman! Sekiranya mereka menaruh matahari di tangan kananku dan bulan di sebelah kiriku, dengan syarat aku harus meninggalkan urusan (agama Islam) ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya, sampai Allah memenangkannya, atau aku binasa dalam mempertahankannya.”

Akan tetapi mereka telah meninggalkan jalan Tuhan mereka, dan sebaliknya mereka mengikuti jalan-jalan Barat sejengkal demi sejengal, dan sehasta demi sehasta. Bahkan mereka menjadikan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang melebihi sistem pemerintahan yang diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Sehingga menjadi keniscayaan bagi Allah untuk tidak menolong orang yang juga tidak menolong agama-Nya, meskipun ia shalat, puasa dan menyatakan diri sebagai seorang Muslim.

Dalam hal ini, mengapa mereka tidak mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada saudara-saudara mereka di FIS, di Aljazair pada awal tahun sembilan puluhan abad yang lalu, ketika mereka berpikir bahwa sampainya mereka pada kekuasaan melalui permainan demokrasi akan mengokohkan kekuasaannya, namun militer yang loyal pada Barat dan mereka yang mematuhi setiap perintahnya, segera berbalik menunjukkan kebohongan demokrasi. Kemudian mereka menggulingkan FIS, melakukan pembantaian, penyiksaan dan pengusiran terhadap jutaan orang, dimana semua itu dilakukan untuk menjaga kepentingan Barat dan penjajahannya terhadap negeri-negeri kaum Muslim. Dan itu pula yang dilakukan militer Mesir yang loyal pada Barat, mereka telah berbalik melawan boneka Barat juga, sebab tujuan yang karenanya ia buat telah habis.

Untuk itu, kami menyerukan kepada saudara-saudara kami di kelompok-kelompok Islamis agar membuang demokrasi dan sekulerisme, serta menyerukan kepada mereka untuk tidak menerima kecuali Khilafah ala minhajin nubuwah dengan nushrah (dukungan) dari ahlul quwah (pemilik kekuatan), guna mengembalikan sejarah perjalanan kaum Muslim yang pertama sebagai umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 10/7/2013.

Jumat, 19 Juli 2013

DEMI SEBELAH SAYAP NYAMUK
 
Bila saya menawarkan sebelah sayap nyamuk pada Anda, bersediakah Anda membelinya? Saya jual murah. Masih kurang? Saya jual dua-duanya, Anda dapat sepasang sayap. Bagaimana kalau dengan nyamuknya? Mau? Bagaimana kalau se-ons nyamuk, kembali, saya jual murah, cukup dengan dua ribu rupiah Anda mendapatkan 1 ons nyamuk.

Tidak. Saya tidak sedang gila, saya sedang mengingatkan kita semua, soal apa yang sudah, sedang dan kita cita-citakan dalam hidup kita di dunia. Entah mungkin Anda mengimpikan karir yang tertentu, CEO misalnya. Atau anda ingin memiliki perusahaan sendiri. Atau Anda memimpikan rumah yang asri dan nyaman seperti yang dimiliki Irjen Djoko Susilo lengkap dengan mobil mewahnya, dsb.

Saya ingatkan diri Anda dan diri saya yang acapkali liar, bahwa dunia dalam pandangan Allah ternyata tidak lebih dari sebelah sayap nyamuk. Binatang nan kotor, penyebar penyakit dan menyebalkan itu adalah ‘bobot’ dunia bagi Allah SWT. Itulah yang dipesankan Rasulullah saw. untuk kita semua.

لَوْكاَنَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَناَحَ بَعُوْضَةٍ، ماَ سَقَى كاَفِرًا مِنْهَا شُرْبَةَ مَاءٍ

“Seandainya dunia ini di sisi Allah punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 940).

Impian karir Anda, rumah idaman Anda, istri atau suami Anda yang rupawan, termasuk kendaraan mewah yang sudah Anda punyai atau sedang dalam impian, tidak lebih dari kualitas sebelah sayap nyamuk. Bayangkan, padahal untuk itu semua banyak effort yang sudah kita curahkan selama ini ternyata jatuh telak dalam deskripsi lisan Nabi kita yang mulia. Sebelah sayap nyamuk!

Hadits ini tidak bertujuan menjatuhkan mental kerja dan wirausaha kita, tapi sebagai sebuah marka dan rambu dalam kehidupan. Bahwa ada batas effort yang jangan dilewati karena bila berlebihan hasilnya sungguh tidak baik. Lagipula hasilnya sangat kecil dalam timbangan Allah.

Bukankah kalau kita mati itu semua tidak akan kita bawa ke alam baka? Kalau kita menghadap Allah kita pun tidak sambil mengendarai Ferari Spyder impian kita, atau sambil mengenakan jam tangan Rolex yang kita banggakan? Malah itu semua menjadi beban hisab di hadapan Allah?

Ada yang berkilah; kita perlu kaya raya untuk hidup makmur di dunia? Bukankah andai kita sakit maka membutuhkan uang untuk berobat? Rumah pun harus kita beli dengan uang? Bahkan beribadah pun harus dengan uang, seperti berhaji misalnya?

Oke, itu memang benar. Uang bisa membuat kita dirawat di rumah sakit, tapi bisakah uang membeli kesehatan dan panjang umur? Dengan uang kita bisa membeli rumah, tapi bisakah uang membeli rasa tenang dalam rumah? Dengan uang kita bisa menikah tapi bisakah uang membeli sakinah-mawaddah-wa rahmah? Dengan uang pula kita bisa beribadah haji, tapi bisakah uang membuat amal kita diterima oleh Allah? Bukankah bila tiada uang maka kita tidak wajib berhaji dan berzakat?

Sekarang marilah kita mengukur diri, bila kita mengerahkan effort yang begitu tinggi untuk ‘sebelah sayap nyamuk’ pernahkah kita mencurahkan effort yang sama untuk bangun di sepertiga malam terakhir setiap hari untuk bermunajat kepada Allah? Berusaha untuk shalat berjamaah setiap waktu di mesjid di manapun kita berada? Bila kita memimpikan memiliki rumah yang nyaman dan kendaraan yang bagus, pernahkah kita juga memimpikan menjadi juru dakwah yang bisa menerangi jalan gelap umat?

Saatnya kita down to earth, menyadari realita hidup sebenarnya yang serba sebentar dan cepat berlalu. Seperti firman Allah:
“(kehidupan dunia) seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. al-Hadid: 20).

Masya Allah, bila untuk ‘sebelah sayap nyamuk’ saja kita mau mengorbankan banyak hal dan mencurahkan pikiran serta tenaga, mengapa tidak untuk kehidupan yang lebih kekal dan membahagiakan di akhirat? Di dalam Jannah-Nya kelak? Mari sungkurkan diri di hadapan Allah, memohon ampunanNya, curahkan tenaga untuk kemuliaan agamaNya.
Ust. Iwan Januar

Nafâits Tsamarât: Jadikan Ramadhan Sebagai Bulan Kemenangan Kembali Dengan Mendirikan Negara Khilafah

 

Mengakhiri  penderitaan  mendalam yang menimpa umat Islam dari kaum kafir, tidak cukup hanya menghadap Allah dengan shalat dan puasa, namun wajib atas kalian di samping shalat dan puasa adalah aktivitas untuk menerapkan agama Allah SWT di muka bumi, dan menguatkan kontrol agama terhadap beragam cara hidup, dengan menegakkan negara Khilafah Islam. Dengan begitu, Ramadhan akan kembali diwarnai oleh kemenangan demi kemenangan.
Dan ingat, bahwa aktivitas untuk mengubah rezim-rezim korup dan rusak saat ini, dan aktivitas untuk menegakkan Khilafah, bukan masalah hidup atau mati saja, namun itu adalah kewajiban dari Allah SWT, sehingga berdiam dirinya kaum Muslim dari melaksanakan kewajiban ini, serta diamnya mereka terhadap kezaliman para penguasa, akan menjadikan situasi umat Islam semakin buruk di dunia ini. Sehingga berdiam dirinya mereka, serta diamnya mereka terhadap kemungkaran akan menjadikannya layak untuk mendapatkan azab Allah dan murka-Nya di akhirat. Telah terdapat hadits dari Rasulullah SAW yang bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلاَ يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللَّهُ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ
Sesungguhnya Allah Yang Maha  Perkasa lagi Maha Tinggi tidak akan menyiksa masyarakat secara umum akibat perbuatan orang tertentu, sehingga ia melihat kemungkaran di depan mereka. Sementara mereka mampu untuk mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Apabila mereka melakukan itu, maka Allah akan mengazab orang tertentu dan masyarakat umum.” (HR. Ahmad).
Wahai kaum Muslim, manfaatkan bulan Ramadhan yang diberkati ini, semoga Allah merahmati kalian. Menghadaplah kepada Allah SWT dengan mengintensifkan amal-amal shalih, dan berjuang melawan para penguasa buruk dan korup, dan kemudian menggantinya dengan Khilafah. Sebab, Khilafah satu-satunya yang akan menegakkan Islam sebagai otoritas yang akan melindungi tanah air kaum Muslim dan agamanya; serta yang akan menancapkan rasa takut di dalam hati para musuh umat. Dan ketahuilah bahwa Allah SWT telah menjanjikan kalian kemenangan jika kalian memenuhi syarat untuk memperoleh pertolongan. Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran [3] : 139).

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 18/7/2013.
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/07/20/nafaits-tsamarat-jadikan-ramadhan-sebagai-bulan-kemenangan-kembali-dengan-mendirikan-negara-khilafah/

Maktab Palestina: Masjid Al-Aqsa Pada Hari Jum’at Pertama Ramadhan Gempar Dengan Dakwah Penegakan Khilafah

 
Pada hari Jum’at pertama Ramadhan, para pengemban dakwah menghiasi halaman Masjid Al-Aqsa al-Mubarak dengan ar-râyah dan al-liwâ’, serta puluhan halqah (kajian) ilmu.
Setelah selesai shalat Jum’at pertama Ramadhan di Masjid Al-Aqsa al-Mubarak, para pengemban dakwah dan para pendukung Hizbut Tahrir memecah suasana dengan pekikan takbir, yel-yel dan berbagai slogan yang membangkitkan kembali kemuliaan, dan kabar gembira bagi kaum Muslim, “hancurkan Amerika, hancurkan Prancis, hancurkan Inggris, dan taklukkan Roma, …”.
Setelah shalat, para pengajar mulai menyebar ke seluruh Masjid Al-Aqsa, di mana halqah (kajian) utama ada di luar dan di dalam masjid, di samping halqah-halqah kecil yang diadakan di pelataran masjid yang diberkati. Para pengemban dakwah mulai mengajarkan kepada masyarakat perkara-perkara agama mereka, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terutama perkara-perkara politik yang terkait dengan realitas kita saat ini.
Selama pelajaran berlangsung diwarnai dengan pekikan takbir dan yel-yel kembalinya Khilafah dan pengibaran ar-râyah pada piala yang berada di tengah Masjid Al-Aqsa; pengibaran spanduk besar di dinding Kubah ash-Shakhrah dengan bertuliskan “Khilafah adalah penegakan agama dan penyatuan kaum Muslim”; spanduk bertuliskan “Umat menginginkan penerapan al-Qur’an”; dan spanduk yang dipasang di Masjid Al-Aqsa, “Wahai kaum Muslim yang tengah melakukan revolusi, Khilafah adalah kewajiban dari Tuhan kalian, dan membangkitkan kembali kemuliaan kalian”.
Dan juga menyebar di halaman Masjid Al-Aqsa sejumlah kelompok yang mengisi semua penjuru Al-Aqsa, utara, selatan, timur dan barat. Mereka mengingatkan pada sejarah Masjid Al-Aqsa yang diberkati, di mana di dalamnya tersebar halqah-halqah (kajian) ilmu; dan mengingatkan pada sîrah (riwayat hidup) Nabi saw dan sîrah  para sahabat Rasulullah saw. Mereka mengajari masyarakat dan memahamkan mereka perkara-perkara agama.
Kerumunan orang banyak itu pun berdoa kepada Allah SWT agar berkenan mewujudkan segera keinginan kaum Muslim untuk mengangkat seorang Khalifah yang akan membebaskan Masjid Al-Aqsa yang diberkati dari kotoran Yahudi, mengembalikan kemuliaan dan keagungan Al-Aqsa, serta posisi keagamaan dan keilmiahannya.
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 12/7/2013.

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/07/20/maktab-palestina-masjid-al-aqsa-pada-hari-jumat-pertama-ramadhan-gempar-dengan-dakwah-penegakan-khilafah/

Rabu, 17 Juli 2013

Nafâits Tsamarât: Untuk Kaum Muslim Yang Berpuasa Karena Berharap Rahmat Allah

Wahai kaum Muslim: Allah SWT telah mengkaruniakan kepada kami dengan sebenar-benarnya keutamaan. Allah telah mempertemukan kami dengan bulan yang penuh keutamaan, yaitu bulan Ramadhan yang di dalamnya Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang hak dan yang bathil); bulan yang di dalamnya pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta setan-setan diikat. Siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan karena dorongan iman, dan hanya berharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya sebelumnya. Untuk itu, kalian harus memuji Allah SWT, dan mensyukuri-Nya dengan amal perbuatan yang sepadan dengan nikmat-Nya.
Wahai kaum Muslim: Kami di Hizbut Tahrir menyeru kalian agar kalian memposisikan diri kalian pada posisi yang tepat. Kalian tengah dalam suasana ketaatan pada Allah dengan berpuasa di siang hari dan shalat tarawih di malam hari. Kemudian hendaklah kalian berpikir tentang realitas kalian dimana kalian hidup, apakah itu realitas yang diridhai Allah SWT, sehingga Allah ridha dengan kalian, atau realitasnya tidak diridhai-Nya?!
Hal-hal berikut ini begitu jelas bagi setiap yang memperhatikan realitas:
Sebagian besar kehidupan kalian tidak sesuai syariah Islam, dalam pemerintahan, ekonomi, politik, sosiologi, pendidikan, informasi dan lainnya. Padahal, Allah SWT telah mewajibkan kepada kalian agar kalian menjalani kehidupan sesuai syariah Islam, yang menyatu dalam peribadatan kalian kepada Allah, Tuhan semesta alam. Sebaliknya Allah SWT telah mengharamkan kalian hidup di bawah konstitusi kufur dan sistemnya. Allah SWT berfirman:
)أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالاً بَعِيدًا(
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’ [4] : 60).
Kehormatan kalian dirampas; darah seorang Muslim halal bagi setiap kaum kafir, dari Cina di timur hingga Nigeria di barat. Sedang alasan mereka hanya satu, yaitu perang melawan terorisme, bahkan perang terhadap Islam. Demi Allah, dimana karena-Nya kami berpuasa, bahwa Allah SWT benar-benar menginginkan kami sebagai satu umat tanpa kecuali, seperti satu tubuh, dimana satu sama lain saling menguatkan. Dari Nu’man bin Basyir berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal kecintaan, kasih dan sayang di antara mereka, seperti satu tubuh, apabila satu anggota darinya sakit, maka menyebabkan anggota tubuh yang lain tidak bisa tidur dan deman.” (HR. Bukhari-Muslim)
Sungguh negeri-negeri kalian terpecah-belah lebih dari lima puluh keping negeri-negeri kecil. Sementara yang wajib atas kalian adalah berada dalam satu negara, sesuai sabda Rasulullah SAW:
مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ
Siapa saja yang datang pada kalian, sementara urusan kalian semuanya berada dalam satu orang penguasa (Khalifah). Kemudian orang itu ingin memecah tongkat kalian dan mencerai-beraikan jamaah (kesatuan) kalian, maka bunuhlah orang itu.” (HR. Muslim)
Rasulullah saw juga bersabda:
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الآخِرَ مِنْهُمَا
Apabila dibaiat dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Muslim)
Sungguh negeri kalian tengah diduduki. Negeri kecil Yahudi merampas Palestina. Sedang Amerika dan sekutunya menginvasi Irak dan Afghanistan; Rusia menduduki Chechnya, dan Cina menduduki Turkistan Timur, dan lain-lainnya. Demi Allah yang karena-Nya kalian menegakkan shalat, Allah benar-benar telah mewajibkan kalian untuk membebaskan negeri-negeri kalian dari kekejian kaum kafir.
Wahai kaum Muslim: Sesungguhnya yang akan mengubah realitas ini hingga menjadi realitas yang diridhai oleh Allah SWT, sehingga kalian hidup kuat berkat Tuhan kalian setelah kalian lemah dan tercerai-berai, serta mulia dengan agama kalian, setelah kalian hina dan nista, adalah melakukan aktivitas serius untuk menegakkan mahkota kewajiban, Khilafah Rasyidah kedua. Inilah satu-satunya yang mampu mengubah hidup kalian seratus delapan puluh derajat hingga hidup kalian menjadi kehidupan yang sesuai syariah Islam; di dalamnya kaum Muslim bersatu di bawah satu bendera Khalifah yang memerintah berdasarkan Kitabullah (al-Qur’an), melindungi kehormatan rakyat yang Muslim dan non-Muslim, serta mengerahkan semua potensi umat untuk membebaskan negeri-negeri mereka, dan mereka meridhai Tuhan mereka yang telah menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, juga memobilisasi tentara untuk mengeluarkan umat manusia dari kezaliman kaum kafir menuju cahaya Islam.
Wahai kaum Muslim: Kami dengan semua ini dan secara keseluruhan mengingatkan kalian terhadap mahkota kewajiban, dan dosanya berdiam dirinya. Untuk itu perlihatkan kepada Allah kebaikan yang dilakukan oleh diri kalian sendiri. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah di bulan yang mulia ini.

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/07/16/nafaits-tsamarat-untuk-kaum-muslim-yang-berpuasa-karena-berharap-rahmat-allah/

Kamis, 11 Juli 2013

Penyingkiran Morsi Menunjukkan Mengapa Mesir Perlu Islam Yang Berkuasa, Bukan Hanya Muslim Yang Bekuasa

 
Presiden Morsi digulingkan oleh militer Mesir, kemudian Hakim Agung Adly Mansour dilantik sebagai presiden sementara dan peta jalan politik telah dibuat. Argumennya adalah bahwa pemerintah Morsi bersikap eksklusif, tidak kompeten dan mengejar agenda Islam.
Meskipun demikian, bahkan hingga hari ini, sebagian pemimpin partai Islam di Mesir berbicara mengenai pemulihan demokrasi sedangkan kelompok sekuler ‘pro-demokrasi’ merayakan fakta bahwa mereka telah secara sepihak menyingkirkan penguasa yang terpilih secara demokratis. Tidak mengherankan, pemerintah Barat yang mengklaim sebagai kampiun demokrasi berbaris mendukung penggulingan Morsi. Hal ini juga tidak mengherankan karena mereka mendukung rezim Mubarak yang otoriter selama puluhan tahun karena yang terpenting bagi mereka adalah mengamankan pengaruh dan kepentingannya di dunia Muslim – dan bukan keyakinan yang mendalam bagi beberapa prinsip.
Apakah ini merupakan kegagalan ‘Islam politik’? Apa pelajaran yang bisa diperoleh? Bagaimana bisa terjadi perubahan yang nyata dan mendasar di Mesir dan dunia Muslim pada umumnya?
Apa yang bisa dilakukan Morsi?
Setelah jatuhnya Mubarak, masyarakat Mesir terpecah pendapatnya mengenai sistem apa yang harus memerintah negara. Daripada berlarut-larut berusaha menjawab pertanyaan ini, fokus yang seharusnya dilakukan adalah pada pemilihan politisi baru. Jadi dalam kenyataannya, sistem sekuler yang dikendalikan Amerika sebagian besar masih tetap utuh. Kaeum muslim memperoleh kekuasaan, namun Islam tidak memperoleh kekuasaan. Selanjutnya, kita melihat krisis politik sebagai masyarakat yang terpecah menjadi lebih terpolarisasi. Ini adalah konsekuensi alami karena tidak menyelesaikan pertanyaan mendasar. Hal ini menunjukkan kesalahan gagasan bahwa seseorang bisa secara bertahap meng-’Islamisasi’ sistem dengan cara mengambil kekuasaan dengan mengendalikan sistem yang tidak Islami dan menerapkan Islam secara bertahap. Melalui militer, AS memastikan bahwa sistem pemerintahan di Mesir secara efektif masih tetap sama untuk melayani kepentingannya.
Apa yang bisa dilakukan Morsi bagi perekonomian? Bagaimana Islam dapat memberikan solusi atas masalah-masalah sosial-ekonomi?
Ketika berkuasa, pemerintah Morsi dihadapkan pada sejumlah tantangan – salah satunya adalah keharusan menegakkan kekuasaan Islam dan pada saat yang sama memberikan sebagian hasil praktis kepada rakyat, seperti memperbaiki perekonomian. Salah satu kegagalan yang jelas adalah bahwa pemerintah membiarkan prinsip-prinsip Islam seolah muncul bertentangan dengan peningkatan kehidupan masyarakat. Dikotomi ini tidak seharusnya terjadi. Prinsip-prinsip Islam tertentu seharusnya dijelaskan dan kemudian digunakan untuk menangani masalah yang sebenarnya. Kegagalan untuk memberikan solusi ekonomi memungkinkan terjadinya pertentangan ini untuk memenangkan orang-orang yang melihat meroketnya harga pangan, listrik dan kekurangan bahan bakar dan situasi ekonomi yang memburuk.
Sayangnya, dari sisi ekonomi, solusi yang diusulkan adalah kebijakan ekonomi yang juga liberal: pinjaman dari IMF, lebih membicarakan privatisasi dan peningkatkan industri pariwisata – yang menjadikan negara ini rentan ketika asing memutuskan untuk menjauh seperti yang terjadi sekarang .
Sebuah negara Islam Khilafah yang modern yang menerapkan prinsip-prinsip Islam dapat menerapkan berbagai langkah. Misalnya, Mesir tahun lalu mencoba untuk meminjam uang dari IMF untuk mendapatkan dana yang diperlukan. Namun, mengingat bahwa sebagian besar dari pengeluaran pemerintah sebenarnya dihabiskan untuk melayani dan membayar utang yang ada yang berbasis riba, maka akan sangat tepat untuk menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan menghentikan pembayaran tersebut dan segera menyediakan $ 3 milyar itu untuk dihabiskan pada pelayanan penting. Bagi mereka yang memperdebatkan kemungkinan terjadinya penurunan peringkat kredit Mesir, seseorang akan berpendapat bahwa negara Khilafah akan menggunakan kebijakan Islam untuk tidak meminjam dari pasar internasional dengan riba; memiliki mata uang yang didukung penuh emas dan perak, dan menggunakan langkah-langkah Syariah anti-penimbunan untuk memaksa modal Mesir agar beredar dalam perekonomian.
Kebijakan lain dapat mencakup:
* Pembatalan segera seluruh riba, dan penghapusan pound Mesir dan keterikatannya dengan dolar. Pemberlakuan mata uang baru berdasarkan standar emas – dan tanpa riba dan tanpa ada kaitan dengan dolar – akan membantu melindungi perekonomian dari fluktuasi harga / inflasi yang saat ini mempengaruhinya.
* Beban pajak segera berpindah kepada modal (sebagaimana diperintahkan Islam) daripada kepada pendapatan
* Suatu program untuk membangun perumahan berharga ekonomis dan berkelanjutan bagi mereka saat menjadi tunawisma dan hidup di City of the Dead (Necropolis – Kairo)
* Semua perjanjian internasional yang ditandatangani oleh rezim yang tidak sah sebelumnya akan dianggap batal demi hukum, dan akan ditempuh kebijakan luar negeri berdasarkan pemersatu dunia Islam, sehingga memanfaatkan sumber daya yang luas dari umat Islam.
Apakah berpaling kepada Barat bisa memecahkan masalah?
Terdiri dari siapapun pemerintah baru, adalah mungkin untuk memprediksi kebijakan-kebijakan yang akan dilakukannya. Hal ini karena, apa yang terjadi di seluruh dunia Islam adalah sistem kapitalis yang gagal yang dicontoh dan diambil dari Barat dan dipimpin oleh para elit yang korup. Demokrasi dijual sebagai bentuk terbaik dari pemerintahan dan cara terbaik untuk menjaga kaum minoritas – sementara banyak orang di Barat yang melepaskan diri dari proses demokrasi mengatakan karena demokrasi melayani kepentingan kaum elit dan pendukung bisnis mereka.
Meskipun demikian, banyak orang – termasuk sebagian aktivis Islam –  yang terus mengkampanyekan solusi ekonomi sekuler dan kapitalis daripada mencari ide-ide Islam baru dan mencoba dan menguji solusi yang dapat diterapkan di dunia saat ini. Solusi kapitalis telah gagal sebagaimana dapat dilihat dari masyarakat Barat yang mengalami krisis ekonomi dan sosial, dan hilangnya kepercayaan pada demokrasi dan pada solusi ekonomi liberal.
Apa yang seharusnya dilakukan kelompok-kelompok Islam kedepan?
Sebagian Muslim dan aktivis Islam mengeluh bahwa ada banyak kaum Muslim yang gembira dengan pelengseran Presiden Morsi, dengan menyebut orang-orang itu sebagai orang-orang ‘jahil’ (bodoh). Kami harus akui bahwa ada paradoks di Mesir dan sebagian dunia Muslim, banyak orang yang cinta Islam, tetapi mereka tidak tahu bagaimana solusi Islam dapat memecahkan masalah keseharian mereka. Disini mereka mencintai Islam, tetapi melihat kepada solusi sekuler untuk memecahkan sebagian masalah kehidupan. Mengapa hal ini mengejutkan? Apakah yang telah diceramahkan di masjid-masjid selama puluhan tahun? Apakah sistem Khilafah lebih dijelaskan sebagai sebuah catatan kaki dalam sejarah kita? Apakah dijelaskan hadis-hadis Nabi (Saw) yang berkaitan dengan kekuasaan, ekonomi dan hubungan luar negeri dan diterapkan pada realitas hari ini? Tidak. Pada seluruh lapisan masyarakat, dan bahkan pada lembaga-lembaga Islam yang terhormat, mereka mempromosikan Islam yang ‘sekuler’ Islam yang terutama berkaitan dengan masalah-masalah individu. Jadi tadi malam, Sheikh Al-Azhar berdiri dan mendukung roadmap politik yang ditetapkan oleh Pemimpin Angkatan Darat Abdel Fattah al-Sisi namun tidak menawarkan sistem Khilafah Islam sebagai alternatif.
Memang, sementara para aktivis sekuler secara terbuka memperdebatkan solusi sekuler, kita temukan sebagian aktivis Islam mengatakan bukan waktu yang tepat untuk membicarakan syari’at Allah (Swt) atau sistem Khilafah dan apa solusi yang ditawarkannya kepada semua lapisan masyarakat – tidak hanya kaum Muslim. Jadi bagaimana masyarakat akan merasa melakukannya? Jika kita tidak mengungkap buruknya solusi kapitalis atau demokrasi liberal, bagaimana orang akan melihat kesalahannya?
Kemunduran sikap yang terakhir ini harus membangunkan seruan dan menjadi pengingat bagi kita untuk dengan bergandengan tangan bekerja lebih keras untuk meyakinkan masyarakat tentang tugas dan kelangsungan hidup menerapkan solusi Islam dengan mendirikan kembali negara Khilafah Islam.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” [QS 16:89]
Sumber: Khilafah.com (4/7) [kcom/htipress/syabab.com]

Wahai Basyar, Yang Tumbang di Mesir Adalah Islam Moderat, Bukan Islam Politik

 
Presiden Suriah Basyar al-Assad mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Mesir adalah “tumbangnya apa yang disebut dengan Islam politik”. Hal itu mengacu pada pemecatan militer Mesir terhadap Presiden Muhammad Mursi, yang berafiliasi dengan kelompok “Ikhwanul Muslimin”.  Assad mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar pemerintah “al-Tsaurah” sebelum pengumuman penggulingan Mursi oleh militer, bahwa “apa yang terjadi di Mesir adalah tumbangnya apa yang disebut dengan Islam politik. Dengan demikian, siapapun yang membawa agama untuk digunakan dalam politik atau kepentingan kelompok tertentu tidak dengan kelompok lain … maka ia akan tumbang di mana saja di dunia ini. Assad menambahkan: “Tidak mungkin bisa menipu semua orang sepanjang waktu. Apa yang Anda pikirkan dengan rakyat Mesir yang mengemban peradaban selama ribuan tahun, serta pemikiran nasionalis Arab yang jelas.”
*** *** ***
Sesungguhnya apa yang terjadi di Mesir bukan tumbangnya Islam politik, melainkan tumbangnya apa yang disebut dengan “Islam moderat”, yang diciptakan oleh Amerika untuk merusak citra Islam di tengah-tengah masyarakat setelah Amerika melihat bahwa masyarakat begitu antusias menerima agama mereka, dan kerinduan mereka pada pemerintahan yang menerapkan Islam. Kemudian kelompok Islamis berhasil meraih kekuasaan, lalu tampak kegagalan mereka dalam pengelolaan urusan negara. Padahal mereka tidak menerapkan Islam, dan tidak memiliki kewenangan riil di dalam negeri. Sehingga dengan demikian, hal itu justru menciptakan sebuah situasi kebencian terhadap “pemerintahan kelompok Islamis” oleh sebagian masyarakat.
Mursi tidak menerapkan syariah Islam satupun. Ia memimpin sistem republik dengan konstitusi sekuler, yang sedikitpun tidak berbeda dari rezim-rezim sekuler lainnya. Ia justru pergi ke lembaga-lembaga ekonomi global, yang tidak lain adalah alat yang digunakan Amerika untuk mendominasi perekonomian dunia, bahkan darinya ia meminta pinjaman yang berbasis riba. Ia menjadi pelayan setiap kepentingan Amerika dan Israel di kawasan Timur Tengah. Ia membuat kerja sama keamanan dengan negara Yahudi, memerintahkan blokade terhadap saudara-saudara kami, rakyat Gaza, serta mengizinkan kapal-kapal Rusia yang membawa senjata untuk mendukung Basyar dalam membantai saudara-saudara kami, rakyat Suriah, untuk melewati Terusan Suez! Dan masih banyak lagi hal-hal lain, juga peraturan-peraturan yang bertentangan dengan Islam dan hukum-hukumnya.
Benar, tidak mungkin bisa menipu masyarakat dalam satu waktu. Anda, wahai Basyar telah berusaha untuk menipu masyarakat selama beberapa dekade dengan perlawanan dan pembelaanmu. Namun masyarakat sudah melihat dengan jelas akan kebohongan Anda, dan justru Anda menjadi pelayan kepentingan Yahudi dan menjaga keberadaan mereka di Golan. Juga saudara-saudara kami, rakyat Mesir tidak akan pernah tertipu dengan diusungnya slogan-slogan Islam tanpa ada bukti nyata dalam pemerintahan.
Sampainya kelompok Islamis, namun tanpa sampainya Islam pada pemerintahan di negeri-negeri yang diterpa revolusi, akan tetap menjadikan negeri-negeri tersebut dalam kerusuhan dan kekacauan politik. Sehingga masyarakat tidak akan pernah merasakan arti kebahagiaan dan keamanan, kecuali ketika diterapkan Islam sebenarnya di bawah naungan negara Khilafah. Wahai para pejuang revolusi di berbagai alun-alun: Janganlah kalian berhenti hanya dengan menuntut penggulingan kepala rezim. Namun teruslah berjuang untuk mengubah rezim hingga akarnya, dan mendirikan Khilafah di atas puing-puing reruntuhannya, yang akan menyelamatkan negeri-negeri kaum Muslim, dan bahkan seluruh dunia, yang tengah diselimuti ketidakadilan, penderitaan, permusuhan dan pertengkaran. Dengan demikian, masyarakat—Muslim dan non-Muslim—berada di bawah naungan negara yang menebarkan kebaikan, yaitu negara yang benar-benar telah menjadi sebuah mercusuar dunia selama lebih dari tiga belas abad lamanya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (QS. Al-Anfâl [8] : 24).

Sumber: hizb-ut-tarir.info (7/7/2013)
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/07/11/wahai-basyar-yang-tumbang-di-mesir-adalah-islam-moderat-bukan-islam-politik/

Senin, 08 Juli 2013

MUSLIMAH BERSATU TOLAK MISS WORLD

Islam Menjaga Kehormatan Perempuan

REPORTASE KHUSUS MISS WORLD AJANG EKSPLOITASI PEREMPUAN SESI 2


Mereguk Keutamaan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan ragam kebaikan, keutamaan dan keberkahan. Pertama: Pada bulanRamadhanlah puasa diwajibkan atas kaum Muslim sebagai  salah satu wasilah untuk meraih ketakwaan(QS al-Baqarah [2] :183).

Kedua: Ramadhan adalah bulan Alquran karena pada bulan inilah Allah SWT menurunkan Alquran bagi umat manusia; sebagai petunjuk dan penjelas bagi manusia, yang membedakan yang haq dengan yang batil serta menjelaskan jalan petunjuk-Nya (QS al-Baqarah [2] :185).
Ketiga: Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Itulah malam Lailatul Qadar (QS al-Qadar [97]: 1).
Keempat: Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu; sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Jika datang bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Kelima: Allah memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa Ramadhan dengan menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai ar-Rayyan. Sabda Nabi SAW, “Pintu ar-Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa, bukan untuk selain mereka. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya.” (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Keenam: Puasa Ramadhan adalah perisai penghalang dari godaan hawa nafsu dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka. Rasul SAW bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).
Ketujuh: Bau mulut orang yang berpuasa Ramadhan, di sisi Allah pada Hari Kiamat nanti, lebih wangi dari bau minyak kesturi (HR al-Bukhari dan Muslim).
Kedelapan: Allah SWT memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa, yaitu bahagia saat berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak pada Hari Akhir, sebagaimana kata Nabi SAW, “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kala berbuka dan kala bertemu Allah.” (HR Muslim).
Kesembilan Allah menjauhkan wajah orang yang berpuasa Ramadhan dari siksa api neraka, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Nasa`i).
Kesepuluh: Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam (Hadits Nabi SAW melalui penuturan Abdullah bin Umar dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Kesebelas: Allah SWT memberikan balasan langsung kepada orang-orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW,“Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipat gandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa. Sesung guhnya, amalan puasa itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang ber puasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’”  (HR al-Bukhari dan Muslim).
Kedua belas: Puasa Ramadhan bisa menjadi kaffarah (penghapus) dosa-dosa hamba. Nabi SAW, bersabda, “Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, serta amar makruf dan nahi mungkar.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Shalat lima waktu, (dari) Jumat ke Jumat, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW pun bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hanya mengharap pahala, dosa -dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR al-Bukhari)
Ketiga belas: Puasa Ramadhan akan memasukkan pelakunya ke dalam surga.  Abu Umamah ra pernah berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga.” Beliau bersabda, ‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’” (HR Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasa`i dan Ibnu Hibban).
Keempat belas: Puasa Ramadhan akan memberikan kepada pelakunya syafaat pada Hari Kiamat.  Rasulullah SAWbersabda, “Puasa dan Alquran akan memberikan syafaat untuk seorang hamba pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad dan al-Hakim).
Dengan semua keutamaan di atas, tak selayaknya seorang Muslim menyia-nyiakan bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan datang menghampiri. Mari kita mereguk keutamaan Ramadhan sebanyak-banyaknya.

Jumat, 05 Juli 2013

MENYAMBUT RAMADHAN

RAMADHAN, SAATNYA MENYEMPURNAKAN KETAATAN...!!!!

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillah sebentar lagi kita kembali memasuki bulan Ramadhan yang mulia. Di bulan tersebut kita kembali diingatkan tentang pentingnya ketaqwaan, taqorrub Illallah, dan Al-Qur’an. Semua pesan penting itu bermuara pada penegakan syariah Islam dan Khilafah.

Ibarat samudera, Ramadhan menyimpan sejuta mutiara kemuliaan, memendam perbendaharaan segala keagungan dan di dalamnya bersemayam aneka kebesaran. Ramadhan juga merupakan cakrawala curahan karunia Allah SWT, karena semua aktivitas hamba yang beriman pada bulan tersebut dinilai sebagai ibadah. Kecil yang dilakukan tetapi besar pahalanya di sisi Allah.

Fenomena Kemeriahan dalam Bulan Ramadhan

Semangat kaum Muslimin dalam menyambut bulan mulia ini juga terlihat dengan maraknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Ramadhan. Masjid-masjid dan mushala pun makmur pada waktu malam. Kaum Muslim sangat antusias mendatangi tempat tersebut. Mereka berbondong-bondong dengan mengenakan pakaian khas. Yang pria mengenakan baju koko dan yang wanita berkerudung. Artis-artis tak ketinggalan, berubah perilaku pada bulan tersebut. Mereka yang sebelumnya jingkrak-jingkrak dan suka ngakak di panggung hiburan di layar kaca mendadak alim. Kemana pun disorot kamera, kealimannya terus ditampakkan. Anak-anak yatim pun diundang buka puasa bersama di rumahnya. Kadang mereka mendatangi panti-panti asuhan untuk menyampaikan sumbangan.

Para pejabat tinggi negara jadi gemar mendatangi masjid. Mereka menyediakan makanan berbuka bagi karyawannya yang harus melewatkan waktu maghrib di kantor, sekaligus buka puasa bersama. Ini adalah hal yang jarang terjadi ketika bulan-bulan biasa. Mal-mal dan pusat perbelanjaan tak ketinggalan. Mereka memutar lagu-lagu bertema Islam. Pajangan-pajangan seronok pun disingkirkan diganti dengan pajangan khas Ramadhan dan menyambut lebaran.

Suasana Ramadhan bertambah semarak ketika stasiun-stasiun televisi menayangkan tayangan-tayangan islami. Ramadhan menjadi salah satu acara yang dikemas sedemikian rupa oleh stasiun televisi untuk mendatangkan iklan, semata-mata untuk mengais keuntungan di tengah suasana ibadah. Walhasil, nuansa Ramadhan begitu terasa mewarnai negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia ini. Ramadhan menjadi kesempatan setahun sekali yang begitu penting, seolah tak ada yang mau ketinggalan dengan suasana Ramadhan ini.

Ramadhan sebagai Bulan Taqwa

Ketaqwaan, jelas merupakan harapan yang muncul dari pelaksanaan shaum ini. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam firmanNya, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. (TQS. Al-Baqarah [2]: 183).

Inti taqwa adalah ketaatan dan sikap hati-hati. Taat untuk menjalankan segala perkara yang diperintah Allah SWT. Juga hati-hati, penuh khawatir, senantiasa mawas diri, kalau setiap perbuatan yang dilakukan atau ditinggalkan akan menghantarkan kepada siksa Allah SWT. Untuk taqwa jelas harus terikat pada syariah Allah SWT. Karena itu tidak ada ketaqwaan sejati, tanpa terikat pada seluruh syariah Allah SWT. Bulan Ramadhan juga adalah sarana lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqorrub Ilallah). Kuncinya, tidak sama sekali meninggalkan perkara yang wajib, tidak sama sekali melakukan perkara yang haram, dan memperbanyak amalan sunnah. Semua juga bermuara pada keterikatan pada syariah Islam.

Kesediaan kita untuk tunduk dan patuh pada seluruh hukum syariah Islam inilah realisasi ketaqwaan dan keshalihan personal kita. Secara personal, hukum syariah seperti: shalat, puasa, zakat, memakai jilbab, berakhlak mulia, berkeluarga secara islami; atau bermuamalah seperti: jual-beli, sewa-menyewa secara syar’i dan sebagainya bisa dilaksanakan saat ini juga. Namun, dalam konteks sosial, banyak hukum syariah yang saat ini seolah begitu sulit dilakukan, seperti:
1. Peradilan/persanksian (misal: qishash, potong tangan bagi pencuri, cambuk/rajam bagi pezina, cambuk bagi peminum khamr, dsb)
2. Ekonomi (misal: hukum tentang kepemilikan, pengelolaan kekayaan milik umum, penghapusan riba dari semua transaksi, dsb)
3. Politik Luar Negeri (misal: dakwah ke luar negeri dan jihad/perang)
4. Kewarganegaraan (misal: hukum tentang status kafir dzimmi, musta’min, dan mu’ahad)

Kaum Muslim sesungguhnya diperintahkan untuk menjalankan semua hukum syariah tersebut. Kaum Muslim juga diperintahkan untuk memutuskan semua perkara di tengah-tengah masyarakat dengan hukum-hukum Allah. Sebagaimana hukum-hukum yang bersifat personal wajib dilaksanakan, demikian pula dengan hukum-hukum yang bersifat sosial. Hanya saja hukum yang terkaitann dengan pengaturan masyarakat di atas adalah kewenangan penguasa/pemerintah, bukan kewenangan individual/personal.

Ramadhan, Bulan Al-Qur’an

Di bulan Ramadhan ini, kita banyak diingatkan tentang Al Qur’an. Allah SWT berfirman yang artinya: Bulan Ramadhan itu, adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (TQS. Al-Baqarah [2]: 185).

Al-Qu’ran jelas bukan sekedar dibaca, tapi Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang harus diamalkan. Bersama As-Sunnah, Al-Qur’an menjadi sumber hukum syariah Islam. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup berarti menjadikan syariah Islam sebagai pengatur kehidupan kita dalam seluruh aspek kehidupan. Lagi-lagi muaranya adalah syariah Islam. Karena itu bulan Ramadhan sudah seharusnya lebih memperkokoh lagi perjuangan syariah Islam. Karena itulah yang diharapkan dari kita, mau terikat dan tunduk kepada syariah Islam. Sungguh dipertanyakan muslim yang shaum di bulan Ramadhan tapi tidak mau tunduk kepada syariat Islam, bagaimana mungkin bisa bertaqwa tanpa terikat syariat Islam. Dipertanyakan juga yang banyak membaca Al- Qur’an di bulan Ramadhan, mengatakan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, namun tidak mau diatur oleh syariah Islam. Padahal syariah Islam merupakan pedoman hidup yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Ramadhan adalah Bulan Perjuangan Syariah dan Khilafah

Siapapun yang bicara syariah Islam wajib, tapi tidak mau menerima kewajiban Khilafah Islam, maka hal itu perlu dipertanyakan. Sebab bagaimana mungkin syariah Islam bisa diterapkan secara menyeluruh kalau tidak ada Khilafah sebagai institusi negaranya? Sistem apapun tidak akan bisa diterapkan kalau tidak ada institusi negara.

Sistem Kapitalis bisa tegak, karena ada negara Kapitalis yang menerapkannya. Sosialisme bisa aplikatif, karena ada negara Sosialis. Sistem Islam juga sempurna dan komprehensif begitu, tidak akan aplikatif kalau tidak ada negara yang menerapkannya. Karena sulit menerima logika, syariah Islam bisa diterapkan secara menyeluruh tanpa adanya negara.

Keberadaan negara Khilafah juga akan membuat kita semakin dekat dengan Allah SWT. Sistem sekuler telah membuat kita split (terpecah) dan semakin menjauhkan kita pada hukum-hukumNya. Ketika sholat menggunakan syariah Islam, ekonomi kapitalis. Saat shaum berdasarkan syariah Islam, sistem politik demokrasi. Sementara dengan keberadaan Khilafah seluruh aspek kehidupan kita mulai dari ibadah mahdoh (sholat, shaum, zakat) sampai mu’amalah seperti: politik, ekonomi, sosial, pendidikan, akan menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, karena semuanya berdasarkan syariah Islam. Sebab, mendekatkan diri kepada Allah tentu saja dengan jalan taat kepada hukum-hukumNya (syariah Islam).
Dari sini kita bisa mengerti kenapa Syekh Ibnu Taimiyah dalam assiyasah-asysyar’iyah mengatakan kewajiban mengangkat kepala negara (imamah/Khalifah) dimana dengan itu manusia bisa taat kepada Allah dan Rasulullah merupakan afdhulul qurubaat (sebaik-baik mendekatkan diri kepada Allah SWT). Sebab ketika Khalifah menerapkan syariat Islam dalam seluruh kehidupan, artinya setiap aspek kehidupan yang kita lakukan adalah bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.

Meraih Kemenangan di Bulan Ramadhan

Salah satu yang dikhawatirkan Rasulullah saw. dari puasanya kaum Muslim, yakni jika ibadah saum (puasa) terjebak pada rutinisme formal. Sekadar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan, seperti makan dan minum. Dalam hal ini, menarik dicermati hadish yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah dan Ath- Thabrani dari Ibn Umar, bahwa Rasulullah saw. bersabda,“Berapa banyak orang yang berpuasa, hasil yang diperoleh dari puasanya hanyalah lapar dan hausnya saja.”

Beliau juga menekankan puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, tapi juga harus menahan dari perbuatan dan perkataan sia-sia (al-laghwi) dan perbuatan keji (ar-rafasi). Tidak heran kalau Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan justru banyak mencontohkan banyak keshalihan sosial seperti memperbanyak sedekah. Bahkan, beberapa peperangan besar (jihad) justru dilakukan di bulan Ramadhan seperti: Perang Badar dan penaklukan Mekah (Fath Makkah).

Sebaliknya, coba kita evaluasi shaum kita saat ini. Dengan berat hati kita bisa katakan shaum kita belumlah banyak membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat kita, apalagi membangkitkan masyarakat. Telah berapa kali Ramadhan kita lewati, tapi umat tetap diliputi oleh berbagai persoalan berat seperti kemiskinan, kebodohan, dan konflik, serta penjajahan negara-negara Kapitalis. Sering kali kemaksiatan kembali berulang setelah Ramadhan berakhir. Mengapa ini terjadi pada kita? Sepertinya kita khawatir puasa kita terjebak pada rutinitas ritual. Padahal, seharusnya sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan sahabatnya, Ramadhan justru diisi dengan amal-amal besar yang menyebar kebaikan bagi masyarakat.

Perang Badar dan Fath Makkah merupakan akhir dari rezim penindas kafir Quraish yang selalu menghalangi manusia untuk menerima cahaya Ilahi dengan bertauhid kepada Allah. Rezim ini juga telah banyak menyengsarakan masyarakat dengan kebijakan-kebijakan jahiliyahnya. Seperti memperlakukan budak mereka dengan hina, menumbuhsuburkan pembunuhan terhadap anak-anak dan wanita yang dianggap merupakan aib. Sistem sosial dan ekonomi yang rusak pun dipraktikkan oleh rezim ini seperti kebiasaan curang dalam perniagaan, dan legalisasi perzinaan. Dengan Perang Badar dan Fath Makkah, kekuasaan rezim ini berakhir berganti dengan kekuasaan Islam yang menyebar rahmat, kasih sayang, kebebasan, kesejahteraan, dan keamanan.

Shaum Ramadhan seharusnya menjadi energi positif yang didorong oleh kekuatan ruhiyyah untuk berbuat banyak bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Sebagaimana ibadah lainnya, shaum seharusnya lebih mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT (taqorrub Ilallah). Perubahan itu tidak lain adalah dengan memperjuangkan syariah dan Khilafah. Walhasil, marilah pada bulan ramadhan ini, kita lebih memperkokoh lagi perjuangan penegakan syariah dan Khilafah. Sahabat Rosulullah terdahulu telah membuktikan di bulan ramadhan justru mereka lebih bersemangat dalam berjuang.

Khatimah

Jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk melakukan perubahan secara mendasar terhadap seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan personal, kemasyarakatan, dan negara melalui taqorrub Ilallah. saatnya kita bangkit dengan menguatkan kembali kedekatan kita kepada Allah pada bulan penuh berkah dan ampunan ini meraih kemenangan melalui perjuangan penegakan Syariah dan Khilafah.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.

“aku hanyalah seorang muslimin yang sedang belajar memperbaiki diri, bersamaan dengan itu juga ingin mengajak orang lain memperbaiki diri.”

Terus bergerak, karena berproses bukan berarti diam . . .


http://pemikir-ideologis.blogspot.com/2010/07/ramadhan-saatnya-menyempurnakan.html?spref=fb

Wahai Rakyat di Mesir Kinanah!

Wahai Rakyat di Mesir Kinanah!

Kami di Hizbut Tahrir menyerukan kepada kedua belah pihak melalui nasihat yang tulus dan ikhlas, yaitu nasihat seorang saudara yang mencintai saudaranya. Kami mengatakan kepada mereka semua: Tinggalkan oleh kalian pengelompokan, kebencian dan pertengkaran, serta perjuangan murahan yang menipu, yang tidak akan memberikan manfaat sama sekali. Sebab, masalahnya bukan dalam pribadi Presiden, kita lengserkan seseorang dan kita ganti dengan orang lain. Akan tetapi masalahnya ada pada rezim seluruhnya, dan konstitusi yang diterapkan, yang membawa kehinaan dan kesempitan hidup—dimana kalian melakukan perlawanan untuk selamat darinya—dalam semua sisinya, karena sangat jauhnya kalian dari hukum-hukum Islam dan syariahnya.

Sungguh masyarakat telah dimobilisasi sejak beberapa hari dengan mengatasnamakan Islam untuk mendukung Presiden, dan di sini mereka kembali memobilisasi masyarakat, sehingga seolah-olah pertempuran untuk membela Islam dalam menghadapi kekufuran. Padahal kenyataannya adalah mempertahankan sistem kufur yang diterapkan oleh Presiden untuk menghadapi sistem kufur yang akan diterapkan oleh Presiden yang lain, dan bukan untuk Islam, bahkan sama sekali tidak urusannya dengan Islam!

Ini adalah pengulangan dari skenario yang sama yang kita lihat sebelumnya, ketika masyarakat dimobilisasi ketika referendum konstitusi yang atas nama Islam juga. Dan kami ketika itu mendengar perkataan yang sama yang juga dikatakan hari ini: “Kita tahu bahwa Konstitusi bertentangan dengan Islam, namun kami akan mendukungnya.” Hari ini mereka mengatakan: “Kita tahu bahwa Presiden tidak menerapkan Islam, namun kami akan mendukungnya.” Kami telah membagi jalan menjadi dua kelompok, satu kelompok menginginkan Islam dan syariah, dan kelompok yang lain seolah-olah menolaknya! Kami bertanya pada mereka: “Dimana syariah dalam sistem ini, dan apa yang telah diterapkan Presiden, hingga melakukan pengelompokan atas dasar ini?! Kalian menjadikan siapa saja di antara generasi umat yang taat pada kalian berada di lajur Islam, sebaliknya siapa saja yang menentang kalian di antara mereka berada di lajur kufur?! Dengan demikian, apa dasar kalian membuat keputusan seperti itu?!

Di sisi lain, kami menemukan pendukung oposisi, yang bangkit melakukan penolakan terhadap presiden “Islamis” ini, setelah kegagalannya untuk memecahkan masalah negara, dan beberapa dari mereka ikut-ikutan karena kebodohan di balik tujuan mereka yang ingin menempelkan kegagalan palsu dan dusta ini pada Islam, dalam upaya mereka untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari proyek Islam yang hakiki, serta tuntutan penerapannya secara penu di semua urusan kehidupan.

Tidakkah mereka melihat bahwa rumus oposisi yang diperjuangkan sampai nafas terakhirnya? Bahwa tidak ada sesesuatu apapun selain keserakahan yang mendalam pada kekuasaan, dimana karenanya menetes air liur mereka. Mereka tidak memiliki proyek apapun untuk sebuah perubahan yang hakiki. Mereka tidak memiliki kepedulian selain pembagian kekuasaan atau sendirian menguasai kekuasaan, untuk terus berputar dalam lingkaran setan! Kalau mereka berpikir sedikit, niscaya mereka menyadari bahwa sumber bencana dan penyakit ada di dalam jantung sistem republik sekuler yang diterapkan, dan jauh dari akidah umat dan peradabannya.

Islam adalah kebenaran yang harus kita semua usahakan untuk dikuatkannya dalam negara, yang merupakan aspirasi umat sesungguhnya, dan negara ini adalah negara Khilafah bukan yang lainnya. Negara inilah yang akan mempersatukan umat, serta mencegahnya dari perpecahan dan ketercerai-beraian. Negara inilah yang memiliki solusi tepat untuk semua masalah yang menimpa Mesir, ekonomi, politik dan lainnya. Negara inilah yang akan menjaga kehormatan umat, mengembalikan keagungannya dan kedudukannya yang mulia di antara umat-umat dan bangsa lainnya. Inilah negara yang akan memotong tangan setiap kaum kafir imperialis yang berani mencampuri urusan kami. Dan inilah negara yang akan membebaskan kami dari ketergantungan pada Amerika Serikat, yaitu negara penjahat yang telah berhasil membelokkan revolusi 25 Januari yang diberkati dari jalan yang seharusnya.

Wahai Rakyat di Mesir Kinanah!

Sesungguhnya, musuh kita yang sebenarnya adalah Amerika, dimana duta besarnya Patterson, para diplomatnya dan para politisinya berkeliaran di negeri kita tanpa kendali dan pengawasan. Mereka memberi piutang dan menyusun rencana untuk mengambil kontrol penuh atas Mesir, serta menghalangi Mesir lepas dari perbudakannya. Jadi, janganlah kalian memihak mereka, sebaliknya kalian harus memotong tangannya dari mengintervensi urusan kita! Dan ketahuilah bahwa revolusi 25 Januari tidak hanya melawan ketidakadilan dan penindasan, yang bertengger di dada kita selama beberapa dekade, tapi juga melawan hegemoni Amerika atas negara dan manusia. Untuk itu, janganlah kalian menjadi alat yang patuh di tangan Amerika, yaitu musuh Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman!

Kami di Hizbut Tahrir menyeru generasi umat dari setiap kekuatan untuk menjadikan pemberontakan mereka dan kesetiaannya karena Allah! Dalam rangka menegakkan syariahnya dan menguatkan agamanya. Kami menawarkan kepada mereka proyek perubahan yang hakiki, yang berbeda dari segala sesuatu yang dilontarkan dalam arena politik saat ini, yaitu proyek yang berasal dari rahim umat, dan ia terpancar dari akidah umat, akidah “Lâ Ilâha Illallâh Muhammad Rasûlullâh, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, yaitu proyek Khilafah yang besar, dimana Rasulullah telah menyampaikan kabar gembira akan kembalinya Khilafah setelah berakhirnya sistem kekuasaan diktator, proyek Khilafah yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, yang menundukkan timur dan barat untuk umat. Sehingga dengan berada di bawah naungan Khilafah, umat akan benar-benar menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, dan dengan ini saja umat akan mengembalikan kedudukannya kembali. Dan Hizbut Tahrir telah menyiapkan untuk negara ini Undang-Undang Dasar yang siap diterapkan, terdiri dari 191 pasal, yang digali dari al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ Sahabat dan Qiyas.

Sehingga kepada proyek ini, dan kepada petunjuk Ilahi ini, kami menyeru kalian wahai kaum Muslim! Untuk itu, datang dan penuilah seruan dari Hizbut Tahrir ini, yaitu pembimbing yang tidak akan membohongi pengikutnya. Dan jauhilah oleh kalian seruan perpecahan dan perselisihan!

Rasulullah saw bersabda: “Setiap Muslim atas Muslim (lainnya) haram darahnya, kekayaannya dan kehormatannya.” (HR. Muslim). Beliau juga bersabda: “Janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku nanti, dimana sebagian memukul leher sebagian yang lain—yakni saling membunuh tanpa alasan yang benar.” (HR. Bukhari).

)وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً(

“Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya. Allah Murka kepadanya, dan Melaknatnya serta Menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’ [4] : 93).



Hizbut Tahrir wilayah Mesir