Tatkalah
Rasulullah SAW mengutus Mus’ab Bin Umair keYasrib (Madinah) sebagai
duta dakwah dalam rangka akselerasi dan perluasan dakwah. Ketika telah
sampai di sana maka beliau mendatangis etiap orang-orang di rumah-rumah,
kabilah-kabilah kemudian mengajaknya masukI slam dan membacakan Al
Qur’an kepada mereka hingga pancaran cahaya Islam menerangi setiap
rumah-rumah terutama dari kaum Anshar. Hingga suatu hari Mus’ab Bin
Umair dan As’ad bin
Zurarah keluar kepemukiman Bani ‘Abdul Asyhal dan pemukiman Bani Shafar hingga akhirnya mereka bertemu dengan dua orang yang menjadi simpul kekuatan di tengah-tengah kaumnya. Mereka selalu menjadi tempat sandaran kaumnya serta segala perkataan mereka pasti akan di dengar dan di ikuti oleh kaumnya, Kedua orang tersebut adalah Usaid Bin Hudair dan Sa’ad Bin Mu’adz. Kemudian Mus’ab bin Umair menjelaskan Islam serta membacakan ayat-ayat Al Qu’ran kepada mereka hingga keduanya terpancar cahaya Islam di wajah mereka dan mereka pun menerima Islam dengan senang hati. Kemudian Sa’ad berdiri untuk bergegas mensucikan diri dan pakaiannya, serta mendeklarasikan keimanannya dengan membaca syahadat dan setelah itu melaksanakan sholat dua rakaat.
Zurarah keluar kepemukiman Bani ‘Abdul Asyhal dan pemukiman Bani Shafar hingga akhirnya mereka bertemu dengan dua orang yang menjadi simpul kekuatan di tengah-tengah kaumnya. Mereka selalu menjadi tempat sandaran kaumnya serta segala perkataan mereka pasti akan di dengar dan di ikuti oleh kaumnya, Kedua orang tersebut adalah Usaid Bin Hudair dan Sa’ad Bin Mu’adz. Kemudian Mus’ab bin Umair menjelaskan Islam serta membacakan ayat-ayat Al Qu’ran kepada mereka hingga keduanya terpancar cahaya Islam di wajah mereka dan mereka pun menerima Islam dengan senang hati. Kemudian Sa’ad berdiri untuk bergegas mensucikan diri dan pakaiannya, serta mendeklarasikan keimanannya dengan membaca syahadat dan setelah itu melaksanakan sholat dua rakaat.
Pasca deklarasi keimanannya, lalu Sa’ad berdiri menghadap kaumnya, dia berkata: wahai Bani “Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di tengah-tengah kalian?” Mereka menjawab serentak, “Engkau adalah pemimpin kami dan yang paling cerdas di antara kami serta memiliki pribadi yang baik”. Sa’ad kembali berkata,
“ sesungguhnya ucapan kaum laki-laki dan wanita kalian kepadaku adalah
haram, hingga kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”. Tidak berapa
lama keduanya (Usaid Bin Hudair dan Saad bin Muadz) berkata, “Demi
Allah, tidak akan ada laki-laki maupun wanita, saat sore hari di
pemukiman Bani ‘ Abdul Asyhal, kecuali dia akan menjadi Muslim dan
Muslimah”.
Pada kesempatan yang lain, sebelum menghadapi pasukan Qurais di Badar. Rasul Saw bersabda “Wahai Manusia, bantulah diriku!” Maka Sa’ad selaku pemegang panji Anshar berkata, :sepertinya
Engkau ragu pada kami, Wahai Rasulullah. Dan sepertinya Engkau
khawatir bahwa orang-orang Anshar, sebagaimana yang nampak pada
pandanganmu, tidakakan menolongmu, kecuali di negerinya. Saya bicara
atas nama orang Anshar, dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka.
Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.
Ikatlah tali siapa pun yang Engkau kehendaki. Dan putuskanlah ikatan
siapa saja yang Engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami
yang Engkau kehendaki. Dan berikanlah yang mana saja yang Engkau
kehendaki. Apa saja yang Engkau ambil niscaya lebih kami sukai dari pada
yang Engkau tinggalkan. Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh
perjalanan bersama kami hingga kebarak Al Ghamad (kota Habasyah), kami
semuanya akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau
mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti kami akan lalui
bersamamu. Ucapan penegasan Sa’ad tentunya membuat Wajah Rasul Saw yang mulia memancarkan cahaya kebahagian.
Subahallah
sikap pendirian dan pengorbanan Sa’ad kepada kemuliaan Islam dan Kaum
Muslimin sangat menggugah hati kita, betapa besar sumbangsi beliau.
Sa’ad benar-benar telah mewakafkan diri dan kedudukan serta penyerahan
secara totalitas hidupnya hanya untuk Islam. Cahaya kebenaran Islam
telah menerangi hati dan pikirannya, telah menjelma menjadi sosok
pribadi yang hidup dan matinya hanya untuk Islam. Dia pun tampil sebagai
pembela dan penjaga Islam yang kokoh dan terpercaya serta menyadari
bahwa apalah artinya sebuah kedudukan yang terhormat serta pengaruh di
tengah-tengah umat jika tak memberikan kontribusi apa-apa terhadap
Islam.
Begitu
mulianya kedudukan Sa’ad Bin Muadz di mata Allah SWT dan penduduk
langit lainnya hingga singgasana Allah berguncang serta Jenazah beliau
di antarkan oleh 70.000 malaykat, tidak lain karena pengaruh dan
kekuatan yang beliau miliki telah Dia wakafkan untuk kemulian dan
kemenangan Islam, melalui dialah sehingga Islam, Rasul dan kaum Muslimin
memiliki benteng yang kokoh untuk pertama kalinya sehingga Islam bisa
terimplementasikan dalam konteks kehidupan bernegara untuk pertama
kalinya serta telah menjadikan dirinya dan kaumnya sebagai pembela dan
penjaga Islam yang terpercaya. Allahu Akbar.
Sumber : dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar